A child's education does not take place only in the classroom, during regular school hours. The home, the playground, and the school campus in general can all be invaluable settings for a child's personal and scholastic growth.
One way to enhance a student's school experience is through extracurricular activities such as clubs. At the elementary school level, some appropriate, enjoyable, and educationally beneficial themes might be:
Creative Writing
Books and Reading
Chess and Other Board Games
Outdoor Sports
Collecting and Other Hobbies
Music, Drama, and Chorus
Arts and Crafts (knitting, drawing, etc.)
Anything else that fits the interests of your school's population Or, consider starting a club about the latest fad (for example, Pokemon a few years ago). Even though these extremely popular fads can also be annoying to adults, there's no denying that they do inspire boundless passion in the imaginations of a wide range of children. Perhaps, a Pokemon club could involve creative writing, original games, books, and songs about those little colorful creatures. Surely such a club would be bursting with enthusiastic young members!
Now, once you've decided on the topic, consider the technicalities of starting a new club on campus. Here are some things to consider once you've determined the type of club you'd like to start at your elementary school campus:
Get permission from the school's administration to start the club on campus. Also, designate the time, place, and supervising adult(s) for the club. Look for commitment and set it in stone, if possible.
Determine the age group that would be included as members of the club. Perhaps kindergarteners are too young? Would sixth graders be "too cool" for the concept? Narrow down your target population and you'll simplify the process right off the bat.
Take an informal survey of how many students might be interested. Maybe you could place a half-sheet of paper in the teachers' mailboxes, asking them to take a show of hands in their classroom.
Depending on the results of the informal survey, you might want to consider placing a limit on the number of members to be initially accepted to the club. Consider the number of adults that will be able to consistently attend the meetings to supervise and help out. Your club will fail to meet its objectives if there are too many kids to effectively handle.
Speaking of objectives, what are yours? Why will your club exist and what will it set out to accomplish? You have two choices here: either you, as the adult facilitator, can determine the goals all on your own or, at the club's first session, you can lead a discussion of club goals and use student input to list them.
Design a permission slip to hand out to parents, as well as an application if you are having one. You can't hold an after-school activity without parent permission, so follow your school's rules to the letter.
Make a concrete plan for the first day and subsequent sessions, as possible. It's not worth holding a club meeting if it is disorganized and, as the adult supervisor, it's your job to provide structure and direction. The number one principle in starting and coordinating a club at the elementary school level is to have fun! Give your students a positive and worthwhile first experience with extracurricular involvement.
By creating a fun and functional school club, you will be setting your students on the path to a happy and fulfilled academic career in middle school, high school, and beyond!
the end
Wednesday, December 10, 2008
Monday, December 1, 2008
Aliran Sesat, Mungkinkah Anda?
PEMBUKAAN UNTUK MEMAHAMI BACAAN PADA RUBRIK ALIRAN-ALIRAN
Untuk memahami kajian pada rubrik Aliran Pemikiran, alangkah baiknya jika didahului dengan membaca kajian berikut ini, yang berisi seputar sabda Rasulullah saw. yang mengisyaratkan akan datangnya zaman penuh fitnah, dan akan muncul orang-orang yang membuat-buat agama dan kepercayaan baru. Dalam keadaan demikian, bagaimanakah sikap kita sesuai dengan Alquran dan sunah? MUKADIMAH Bismillaahirrahmaanirrahiim Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan petunjuk kepada cahaya iman, din yang lurus, agama Islam, melalui hamba pilihan-Nya, Muhammad saw. Dan yang telah meneguhkan hati para hamba-Nya yang teguh dalam memegang akidah yang lurus. Selawat dan salam teriring kepada teladan kita, Rasulullah Muhammad saw., Nabi yang terakhir; juga kepada para keluarga dan para sahabatnya serta kaum muslimin yang teguh mengikuti ajaran dan akidahnya sampai akhir zaman, amin. Berkembangnya gerakan (harakah) aliran-aliran sempelan di Indonesia yang telah tersebar luas di penjuru tanah air sudah sangat meresahkan masyarakat. Pengaruh ajarannya telah dapat mengubah gaya dan cara hidup (way of life) bagi pengikutnya. Gerakan mereka sangat halus dan pintar, sehingga tidak semua orang dapat mengetahui, terlebih memahami bahwa pemahamannya bertentangan dengan pemahaman para ulama generasi salaf, yang merupakan generasi sebaik-baik umat. Hanya dengan petunjuk, taufik, dan hidayah Allah SWT kita dapat menempuh jalan yang lurus.
Isyarat munculnya berbagai penyimpangan dan munculnya aliran-aliran menyesatkan telah disabdakan oleh Rasulullah saw., "Akan keluar suatu kaum akhir zaman, orang-orang muda berpaham jelek. Mereka banyak mengucapkan perkataan "khairil bariyah" (maksudnya: mengucapkan firman-firman Tuhan yang dibawa oleh Nabi). Iman mereka tidak melampaui kerongkongan mereka. Mereka keluar dari agama sebagaimana meluncurnya anak panah dari busurnya. Kalau orang-orang ini berjumpa denganmu lawanlah mereka." (Hadis sahih riwayat Imam Bukhari). Dari Ibnu Abbas r.a. berkata, Rasulullah saw, pernah bersabda, "Sesungguhnya di masa kemudian aku akan ada peperangan di antara orang-orang yang beriman." Seorang sahabat bertanya, "Mengapa kita (orang-orang yang beriman) memerangi orang yang beriman, yang mereka itu sama berkata: 'Kami telah beriman'." Rasulullah saw bersabda, "Ya, karena mengada-adakan di dalam agama, apabila mereka mengerjakan agama dengan pendapat pikiran, padahal di dalam agama itu tidak ada pendapat pikiran, sesungguhnya agama itu dari Tuhan, perintah-Nya dan larangan-Nya." (Hadis riwayat Ath-Thabarani). Rasulullah saw. telah mengabarkan kepada kita bahwa di masa kemudian akan ada peperangan (baik perang mulut, perang pemikiran, maupun perang fisik) yang terjadi di kalangan orang-orang yang beriman. Hal ini karena di antara umat ini sebagiannya ada yang mengadakan dan mengikuti bidah yang sebelumnya dalam agama tidak diajarkan. Dari sinilah terjadinya perbedaan-perbedaan dalam satu agama. Akan tetapi, tidak semua perbedaan-perbedaan itu dilarang dalam agama. Perbedaan dalam Islam dibolehkan dalam hal yang bersifat khilafiah, yaitu yang dalil-dalilnya masih diperselisihkan di kalangan para ulama. Adapun perbedaan yang dilarang adalah perbedaan dalam hal yang sudah jelas, yaitu masalah-masalah yang dalilnya telah jelas dapat dipahami oleh mayoritas ulama.
Perbedaan pendapat di dalam Islam dapat dipahami dengan mudah seperti contoh yang kami berikan berikut ini. Contoh dari perbedaan pendapat yang dapat mengakibatkan perpecahan. Misalnya keyakinan tentang ALQURAN (AL-QUR'AN). Pemahaman yang benar menurut pemahaman para ulama salaf adalah bahwa ALQURAN itu kalamullah, ATAU FIRMAN Allah, bukan makhluk Allah. Jadi, jika ada yang berkeyakinan bahwa ALQURAN adalah makhluk, itu adalah keyakinan yang menyimpang. Karena dalil tentangnya telah jelas dan tidak diperselisihkan oleh para ulama, kecuali ulama yang menyimpang. Misalnya lagi, keyakinan tentang SIAPAKAH NABI DAN RASUL TERAKHIR. Jawaban dan keyakinan yang benar adalah bahwa Muhammad saw. adalah penutup para nabi dan rasul. Jika ada yang berkeyakinan bahwa setelah Nabi Muhammad ada nabi lagi, seperti golongan AHMADIYAH yang mengakui Mirza Ghulam Ahmad dari India adalah sebagai nabinya, maka itu adalah keyakinan yang menyimpang. Karena dalil tentang berakhirnya kenabian pada Muhammad saw. telah jelas dan tidak diperselisihkan oleh para ulama, kecuali ulama yang menyimpang, seperti aliran Ahmadiyah.
Misalnya lagi, keyakinan tentang MENGHUKUMI KAFIR TERHADAP ORANG LAIN. Jawaban dan keyakinan yang benar adalah bahwa orang kafir yang akan kekal di dalam neraka adalah orang yang tidak meyakini (dengan hati, lisan, perbuatan) akan LAA ILAAHAILLALAAH dan yang murtad keluar dari Islam. Apabila ada golongan atau aliran yang menuduh selain alirannya adalah kafir tanpa alasan yang jelas, seperti keyakinan jamaah LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia) dan yang sejenisnya, maka keyakinan seperti itu adalah telah jelas menyimpang.
Misalnya lagi, keyakinan tentang SALAT WAJIB LIMA WAKTU. Keyakinan yang benar adalah bahwa salat lima waktu hukumnya wajib, setelah syariat ini disampaikan oleh Allah kepada Rasulullah saw. dalam peristiwa Isra' Mi'raj. Jika ada aliran yang menyatakan bahwa salat lima waktu untuk saat ini tidak wajib, dengan berbagai alasan, seperti aliran Al-ZAYTUN yang pesantrennya sangat megah di Indramayu itu, maka keyakinan semacam itu telah jelas menyimpang. Dan, tentunya masih banyak lagi contoh-contoh yang lainnya. Contoh perbedaan pendapat yang tidak mengakibatkan perpecahan. Misalnya tentang masalah AZAN DALAM KHOTBAH JUMAT. Terjadi perbedaan pendapat di kalangan umat Islam pada saat mendirikan salat Jumat: ada yang azannya hanya sekali, ada yang dua kali. Ini adalah perbedaan pendapat karena historis dan interpretasi yang berbeda. Perbedaan semacam ini tidak bisa menjadikan alasan satu pihak terhadap pihak lainnya menuduh sebagai aliran sesat. Inilah yang dimaksud perbedaan pendapat yang tidak dilarang. Perbedaan dalam hal ini dimaklumi.
Misalnya lagi, tentang masalah JUMLAH RAKAAT DALAM SALAT TARAWIH. Terjadi perbedaan pendapat di kalangan umat Islam pada saat mendirikan salat Tarawih: ada yang 11 rekaat, ada yang 23 rekaat, dan lain-lain. Ini juga perbedaan pendapat yang tidak mengakibatkan perpecahan. Perbedaan semacam ini tidak bisa dijadikan alsan bahwa salah satu pihak menuduh kepada pihak lain sebagai aliran sesat. Dan, tentu masih banyak lagi contoh-contoh yang lainnya. Inilah beberapa contoh sederhana yang kami kemukanan (dengan semudah mungkin untuk dipahami) yang mungkin dapat memudahkan para pembaca untuk memahami perbedaan pendapat di dalam Islam. Ijtihad ulama dalam masalah hukum itu seperti ijtihadnya orang yang mencari arah Kakbah. Bila empat orang salat dan setiap orang menghadap ke suatu arah yang ia yakini sebagai arah kiblat, maka salat keempat orang itu sah dan benar. Orang yang salat menghadap Kakbah dengan tepat hanya satu dan dialah yang mendapatkan dua pahala (pernah dituturkan oleh Syekh Islam Ibnu Taimiyah). Sedangkan perbedaan seseorang di dalam menempuh jalan yang benar, beragama dengan akidah yang lurus, diibaratkan sebagai orang yang mencari Kakbah di hamparan bumi yang datar. Keempat orang yang salat dengan menghadap kepada arahnya masing-masing, meyakini arahnya benar menuju Kakbah, maka yang jalannya menuju kearah yang benar hanya satu, dialah yang akan menemukan Kakbahnya. Sedangkan yang lainnya, masing-masing yang satu berlawanan dan yang dua menyimpang, maka mereka tidak akan menemukannya, bahkan semakin jauh meninggalkannya. Demikian halnya dengan keyakinan yang telah benar-benar jauh menyimpang, maka keyakinan semacam itu termasuk golongan atau firqah sempalan. Aliran sempalan sekarang telah banyak bermunculan di seluruh penjuru dunia: dari Timur sampai ke Barat, termasuk di Indonesia. Di Indonesia, dapat dilihat dalam banyak aliran, seperti: Ahmadiah dari India, Jamus (Jamaah Muslimin) dari Cilengsi Bogor, LK (Lembaga Karasulan), Isa Bugis, Syiah, kemudian LDII (Lembaga Dakwah Islamiyah Indonesia) dan masih banyak lagi aliran-aliran yang menyimpang. Di dalam aliran sempalan seperti ini banyak dijumpai pemahaman agama yang menyimpang, karena mereka memahami agama dengan sekehendak para pimpinan atau para pendiri-pendirinya, dengan cara mengambil dalil-dalil yang sesuai dan diartikan sekehendak mereka. Mereka mempelajari ilmu tidak melalui jalur-jalur ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan, bahkan di antara mereka terdapat aliran yang mengharamkan mempelajari ilmu di luar alirannya. Mereka benar-benar memiliki cara atau teknik yang dapat menjaring orang-orang awam, serta dengan rapi dapat pula membungkam para jamaahnya melalui dogma-dogma yang diajarkannya. Telah kita ketahui bersama datangnya zaman penuh dengan fitnah, yaitu bertebarannya aliran-aliran sempalan yang menyesatkan. Oleh karena itu, kami mengajak kepada diri kami dan juga kepada Saudara-Saudara sekalian, tetaplah berpegang teguh dengan keimanan dan prinsip akidah yang lurus, yang mengikuti jejak para ulama yang lurus, sesuai pemahaman generasi salafus saleh yang selalu mengikuti petunjuk sunah Rasulullah saw. dan menetapi kewajiban bertakwa kepada Allah SWT. Lantas, bagaimanakah seharusnya sikap kita sebagai seorang muslim, yang mengaku mengikuti sunah Rasulullah saw.? Allah SWT berfirman yang artinya, "? dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain)." (Al-An'aam: 153). Seorang tokoh tabi'in dan ahli tafsir, Abu al-Hajjaj Mujahid bin Jabar Al-Makki, berkata, "Jalan-jalan yang dimaksud dalam firman Allah tersebut adalah jalan-jalan bidah dan syubhat." Dari Al-Irbadh bin Suriyah r.a. berkata, Rasulullah saw. pernah bersabda, "Saya berpesan kepada kamu sekalian, hendaklah kamu takut kepada Allah dan mendengarkan serta patuh, sekalipun kepada bangsa Habsy, karena sesungguhnya orang yang hidup antara kamu sekalian di kemudian aku, maka akan melihat perselisihan yang banyak; maka dari itu hendaklah kamu sekalian berpegang kepada sunahku dan sunah para khulafah yang menetapi petunjuk yang benar; hendaklah kamu pegang teguh akan dia dan kamu gigitlah dengan geraham-geraham gigi, dan kamu jauhilah akan perkara-perkara yang baru diada-adakan, karena sesungguhnya semua perkara yang baru diadakan itu bidah, dan semua bidah itu sesat." (HR Ahmad). Allah SWT berfirman, "Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalilah ia kepada Allah (Alquran) dan Rasul (sunahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian." (An-Nisaa': 59). Dari Abdullah bin Mas'ud bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Tidak ada seorang nabi pun yang diutus Allah kepada suatu umat sebelumku, melainkan dari umatnya itu terdapat orang-orang yang menjadi pengikut dan sahabatnya, yang mengamalkan sunahnya dan menaati perintahnya. (Dalam riwayat lain dikatakan, "Mereka mengikuti petunjuknya dan menjalankan sunahnya.") "Kemudian setelah terjadi kebusukan, di mana mereka mengatakan sesuatu yang tidak mereka kerjakan dan mengerjakan sesuatu yang tidak diperintahkan. Maka orang-orang yang memerangi mereka dengan lidahnya, niscaya dia termasuk orang-orang yang beriman. Demikian juga dengan orang yang memerangi mereka dengan hatinya, niscaya dia termasuk orang yang beriman. Selain itu, maka tidak ada keimanan sebesar biji sawi pun." (HR Imam Muslim). Nabi saw. bersabda, "Apabila kamu melihat orang-orang yang ragu dalam agamanya dan ahli bidah sesudah aku (Rasulullah saw.) tiada, maka tunjukkanlah sikap menjauh (bebas) dari mereka. Perbanyaklah lontaran cerca dan tentang mereka dan kasusnya. Dustakanlah mereka agar mereka tidak makin merusak (citra) Islam. Waspadai pula orang-orang yang dikhawatirkan meniru-niru bidah mereka. Dengan demikian, Allah akan mencatat bagimu pahala dan akan meningkatkan derajat kamu di akhirat." (HR Ath-Thahawi). Kita telah diajarkan untuk tidak berlemah-lembut kepada kelompok aliran yang menyimpang dan menyesatkan, dan jika ingin mencari keutamaan, salah satunya adalah berdakwah dengan menjelaskan penyimpangan ajaran orang-orang yang telah membuat keyakinan baru agar orang-orang mengetahuinya. Sesungguhnya setiap muslim harus memprioritaskan husnudhan (prasangka baik) kepada sesama muslim, dan juga di dalam menyifati orang lain harus adil. Akan tetapi, tidaklah semua keadaan disikapi demikian, ada keadaan perkecualian, sebagaimana dicontohkan seperti kisah sebagai berikut. "Dikatakan kepada Nabi saw: "Ya Rasulullah, sesungguhnya fulanah menegakkan salat lail, berpuasa di siang harinya, beramal dan bersedekah (tetapi) ia menyakiti tetangganya dengan lisannya." Bersabda Rasulullah saw., "Tidak ada kebaikan padanya, dia termasuk ahli neraka." Berkata (perawi), "Sedangkan fulanah (yang lain) melakukan salat maktubah dan bersedekah dengan benaja kecil (tetapi) dia tidak menyakiti seseorang pun." Maka bersabda Rasulullah saw., "Dia termasuk ahli surga." (Silsilah Hadits as-Shahihah, no. 190). Dalam hal ini, kata-kata Nabi "Tidak ada kebaikan padanya, dia termasuk ahli neraka" (padahal orang yang dikatakannya adalah orang yang rajin mengerjakan syariat) adalah kata-kata yang berupa lontaran cerca. Kemudian terhadap perbuatan orang yang kedua, Nabi saw. hanya menyebut kebaikannya tanpa menyinggung kejelekannya. Allah SWT juga mengisahkan Abu Lahab dan istrinya dengan lima ayat dalam Alquran yang isinya kejelekan semuanya, padahal keduanya (sedikit atau banyak) juga mempunyai kebaikan, bahkan Abu Lahab termasuk tokoh yang dihormati dan disegani di kalangan kaum Quraisy. Maka dalam membicarakan kebaikan dan keburukan orang atau golongan, ada perkecualiannya. Adapun perkecualian itu secara garis besar dapat dikategorikan menjadi dua keadaan. DALAM RANGKA NASIHAT DAN PERINGATAN UMAT Pada keadaan ini, ketika menyebutkan keburukan seseorang/golongan, tidak ada keharusan untuk menyebutkan kebaikannya. Bahkan, yang demikian itu cukup menyebutkan keburukannya saja, misalnya membicarakan ahli bidah. Misalnya Ahmadiyah, LDII, dan yang sejenisnya, aliran yang banyak sekali penyimpangannya, di antaranya mengada-adakan syariat dengan mengharuskan setiap orang harus berbaiat kepada imam jamaahnya, jika tidak, maka mereka menganggap kafir. Jadi, kita (dan Anda seluruhnya) yang tidak ikut jamaah mereka dianggap kafir. Kita berlindung kepada Allah dari tuduhan mereka, semoga mereka kembali dalam pemahaman yang benar. DALAM RANGKA MENJELASKAN ATAU MENGISAHKAN SESUATU Dalam keadaan ini, menyebutkan kebaikan dan keburukan orang atau golongan tertentu secara bersamaan diperbolehkan, selama tidak menimbulkan madarat, misalnya saja menyebutkan sifat seorang perawi hadis. Adapun mengenai perincian ghibah (membicarakan kejelekan orang lain) yang diperbolehkan, Imam Nawawi dalam kitab dan juz yang sama hlm. 142-143 mengatakan, "Akan tetapi ghibah itu diperbolehkan karena enam sebab." Di antaranya, dua telah disebutkan di atas. Allah SWT telah berfirman bahwa Dia-lah yang menjaga Alquran (agama ini) sampai waktu yang dikehendaki-Nya. Allah menjaganya melalui hamba-hamba yang beriman yang teguh di dalam mengikuti jejak dan ajaran Rasulullah saw. Rasulullah saw telah menjamin akan adanya segolongan umat yang tetap atas kebenaran hingga hari kiamat. Rasulullah saw. telah bersabda, "Akan ada segolongan dari umatku yang tetap atas kebenaran sampai hari kiamat dan mereka tetap atas kebenaran itu." (HR Imam Bukhari). "Akan tetapi ada dari kalangan umatku sekelompok orang yang terus-menerus menjelaskan dan menyampaikan kebenaran, sehingga orang yang ingin menghinakan tidak akan mendatangkan mudarat bagi mereka sampai datang putusan Allah (hari Kiamat)." (HR Imam Muslim). Umat tersebut adalah umat yang telah disebut di atas, golongan yang masih mengikuti sunah-sunah Rasulullah saw. Itulah umat yang akan selamat, yaitu golongan Ahli Sunnah wal-Jamaah. Semoga kita termasuk ke dalamnya, amin. Kepada Saudara-Saudara sekalian, termasuk siapa saja yang masih merasa bingung dan ragu karena telah mengikuti pengajian suatu aliran, hendaknya janganlah langsung menerima dan meyakini doktrin-doktrin dari aliran sempalan yang pemahamannya bersimpangan jauh dengan para ulama yang lurus. Hati-hatilah dalam mengambil pemahaman ilmu-ilmu keagamaan. Jangan sampai membawa ember untuk menimba air di selokan yang keruh dan kotor. Lebih amannya, untuk mencari kebenaran atau menjaga akidah yang lurus itu, hendaklah kita selalu berdoa dengan ikhlas mencari kebenaran yang sejati. Allah Maha memberi petunjuk kepada hambanya. Tiada seorang pun yang dapat menyesatkannya siapa yang Allah tunjuki jalan yang lurus. Tiada pula yang dapat menunjukkan jalan yang lurus, siapa yang Allah sesatkan jalannya. Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan petunjuk dan semoga kita termasuk orang yang ditunjukkan dan menempuh jalan yang lurus dengan taufik dan hidayah-Nya, amin. Di dalam rubrik ?ALIRAN PEMIKIRAN" di situs .www.alislam.or.id terdapat kajian-kajian yang berisi tentang FIRQAH atau ALIRAN-ALIRAN SEMPALAN dan paham-paham lainnya yang pada umumnya membahayakan kemurnian ajaran dan nilai-nilai Islam. Siapa saja yang mengkajinya, semoga mendapat kepahaman dan tidak tertipu dengan berbagai macam aliran yang muncul sekarang ini. Selamat mengkaji, semoga bermanfaat bagi Saudara!
Untuk memahami kajian pada rubrik Aliran Pemikiran, alangkah baiknya jika didahului dengan membaca kajian berikut ini, yang berisi seputar sabda Rasulullah saw. yang mengisyaratkan akan datangnya zaman penuh fitnah, dan akan muncul orang-orang yang membuat-buat agama dan kepercayaan baru. Dalam keadaan demikian, bagaimanakah sikap kita sesuai dengan Alquran dan sunah? MUKADIMAH Bismillaahirrahmaanirrahiim Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan petunjuk kepada cahaya iman, din yang lurus, agama Islam, melalui hamba pilihan-Nya, Muhammad saw. Dan yang telah meneguhkan hati para hamba-Nya yang teguh dalam memegang akidah yang lurus. Selawat dan salam teriring kepada teladan kita, Rasulullah Muhammad saw., Nabi yang terakhir; juga kepada para keluarga dan para sahabatnya serta kaum muslimin yang teguh mengikuti ajaran dan akidahnya sampai akhir zaman, amin. Berkembangnya gerakan (harakah) aliran-aliran sempelan di Indonesia yang telah tersebar luas di penjuru tanah air sudah sangat meresahkan masyarakat. Pengaruh ajarannya telah dapat mengubah gaya dan cara hidup (way of life) bagi pengikutnya. Gerakan mereka sangat halus dan pintar, sehingga tidak semua orang dapat mengetahui, terlebih memahami bahwa pemahamannya bertentangan dengan pemahaman para ulama generasi salaf, yang merupakan generasi sebaik-baik umat. Hanya dengan petunjuk, taufik, dan hidayah Allah SWT kita dapat menempuh jalan yang lurus.
Isyarat munculnya berbagai penyimpangan dan munculnya aliran-aliran menyesatkan telah disabdakan oleh Rasulullah saw., "Akan keluar suatu kaum akhir zaman, orang-orang muda berpaham jelek. Mereka banyak mengucapkan perkataan "khairil bariyah" (maksudnya: mengucapkan firman-firman Tuhan yang dibawa oleh Nabi). Iman mereka tidak melampaui kerongkongan mereka. Mereka keluar dari agama sebagaimana meluncurnya anak panah dari busurnya. Kalau orang-orang ini berjumpa denganmu lawanlah mereka." (Hadis sahih riwayat Imam Bukhari). Dari Ibnu Abbas r.a. berkata, Rasulullah saw, pernah bersabda, "Sesungguhnya di masa kemudian aku akan ada peperangan di antara orang-orang yang beriman." Seorang sahabat bertanya, "Mengapa kita (orang-orang yang beriman) memerangi orang yang beriman, yang mereka itu sama berkata: 'Kami telah beriman'." Rasulullah saw bersabda, "Ya, karena mengada-adakan di dalam agama, apabila mereka mengerjakan agama dengan pendapat pikiran, padahal di dalam agama itu tidak ada pendapat pikiran, sesungguhnya agama itu dari Tuhan, perintah-Nya dan larangan-Nya." (Hadis riwayat Ath-Thabarani). Rasulullah saw. telah mengabarkan kepada kita bahwa di masa kemudian akan ada peperangan (baik perang mulut, perang pemikiran, maupun perang fisik) yang terjadi di kalangan orang-orang yang beriman. Hal ini karena di antara umat ini sebagiannya ada yang mengadakan dan mengikuti bidah yang sebelumnya dalam agama tidak diajarkan. Dari sinilah terjadinya perbedaan-perbedaan dalam satu agama. Akan tetapi, tidak semua perbedaan-perbedaan itu dilarang dalam agama. Perbedaan dalam Islam dibolehkan dalam hal yang bersifat khilafiah, yaitu yang dalil-dalilnya masih diperselisihkan di kalangan para ulama. Adapun perbedaan yang dilarang adalah perbedaan dalam hal yang sudah jelas, yaitu masalah-masalah yang dalilnya telah jelas dapat dipahami oleh mayoritas ulama.
Perbedaan pendapat di dalam Islam dapat dipahami dengan mudah seperti contoh yang kami berikan berikut ini. Contoh dari perbedaan pendapat yang dapat mengakibatkan perpecahan. Misalnya keyakinan tentang ALQURAN (AL-QUR'AN). Pemahaman yang benar menurut pemahaman para ulama salaf adalah bahwa ALQURAN itu kalamullah, ATAU FIRMAN Allah, bukan makhluk Allah. Jadi, jika ada yang berkeyakinan bahwa ALQURAN adalah makhluk, itu adalah keyakinan yang menyimpang. Karena dalil tentangnya telah jelas dan tidak diperselisihkan oleh para ulama, kecuali ulama yang menyimpang. Misalnya lagi, keyakinan tentang SIAPAKAH NABI DAN RASUL TERAKHIR. Jawaban dan keyakinan yang benar adalah bahwa Muhammad saw. adalah penutup para nabi dan rasul. Jika ada yang berkeyakinan bahwa setelah Nabi Muhammad ada nabi lagi, seperti golongan AHMADIYAH yang mengakui Mirza Ghulam Ahmad dari India adalah sebagai nabinya, maka itu adalah keyakinan yang menyimpang. Karena dalil tentang berakhirnya kenabian pada Muhammad saw. telah jelas dan tidak diperselisihkan oleh para ulama, kecuali ulama yang menyimpang, seperti aliran Ahmadiyah.
Misalnya lagi, keyakinan tentang MENGHUKUMI KAFIR TERHADAP ORANG LAIN. Jawaban dan keyakinan yang benar adalah bahwa orang kafir yang akan kekal di dalam neraka adalah orang yang tidak meyakini (dengan hati, lisan, perbuatan) akan LAA ILAAHAILLALAAH dan yang murtad keluar dari Islam. Apabila ada golongan atau aliran yang menuduh selain alirannya adalah kafir tanpa alasan yang jelas, seperti keyakinan jamaah LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia) dan yang sejenisnya, maka keyakinan seperti itu adalah telah jelas menyimpang.
Misalnya lagi, keyakinan tentang SALAT WAJIB LIMA WAKTU. Keyakinan yang benar adalah bahwa salat lima waktu hukumnya wajib, setelah syariat ini disampaikan oleh Allah kepada Rasulullah saw. dalam peristiwa Isra' Mi'raj. Jika ada aliran yang menyatakan bahwa salat lima waktu untuk saat ini tidak wajib, dengan berbagai alasan, seperti aliran Al-ZAYTUN yang pesantrennya sangat megah di Indramayu itu, maka keyakinan semacam itu telah jelas menyimpang. Dan, tentunya masih banyak lagi contoh-contoh yang lainnya. Contoh perbedaan pendapat yang tidak mengakibatkan perpecahan. Misalnya tentang masalah AZAN DALAM KHOTBAH JUMAT. Terjadi perbedaan pendapat di kalangan umat Islam pada saat mendirikan salat Jumat: ada yang azannya hanya sekali, ada yang dua kali. Ini adalah perbedaan pendapat karena historis dan interpretasi yang berbeda. Perbedaan semacam ini tidak bisa menjadikan alasan satu pihak terhadap pihak lainnya menuduh sebagai aliran sesat. Inilah yang dimaksud perbedaan pendapat yang tidak dilarang. Perbedaan dalam hal ini dimaklumi.
Misalnya lagi, tentang masalah JUMLAH RAKAAT DALAM SALAT TARAWIH. Terjadi perbedaan pendapat di kalangan umat Islam pada saat mendirikan salat Tarawih: ada yang 11 rekaat, ada yang 23 rekaat, dan lain-lain. Ini juga perbedaan pendapat yang tidak mengakibatkan perpecahan. Perbedaan semacam ini tidak bisa dijadikan alsan bahwa salah satu pihak menuduh kepada pihak lain sebagai aliran sesat. Dan, tentu masih banyak lagi contoh-contoh yang lainnya. Inilah beberapa contoh sederhana yang kami kemukanan (dengan semudah mungkin untuk dipahami) yang mungkin dapat memudahkan para pembaca untuk memahami perbedaan pendapat di dalam Islam. Ijtihad ulama dalam masalah hukum itu seperti ijtihadnya orang yang mencari arah Kakbah. Bila empat orang salat dan setiap orang menghadap ke suatu arah yang ia yakini sebagai arah kiblat, maka salat keempat orang itu sah dan benar. Orang yang salat menghadap Kakbah dengan tepat hanya satu dan dialah yang mendapatkan dua pahala (pernah dituturkan oleh Syekh Islam Ibnu Taimiyah). Sedangkan perbedaan seseorang di dalam menempuh jalan yang benar, beragama dengan akidah yang lurus, diibaratkan sebagai orang yang mencari Kakbah di hamparan bumi yang datar. Keempat orang yang salat dengan menghadap kepada arahnya masing-masing, meyakini arahnya benar menuju Kakbah, maka yang jalannya menuju kearah yang benar hanya satu, dialah yang akan menemukan Kakbahnya. Sedangkan yang lainnya, masing-masing yang satu berlawanan dan yang dua menyimpang, maka mereka tidak akan menemukannya, bahkan semakin jauh meninggalkannya. Demikian halnya dengan keyakinan yang telah benar-benar jauh menyimpang, maka keyakinan semacam itu termasuk golongan atau firqah sempalan. Aliran sempalan sekarang telah banyak bermunculan di seluruh penjuru dunia: dari Timur sampai ke Barat, termasuk di Indonesia. Di Indonesia, dapat dilihat dalam banyak aliran, seperti: Ahmadiah dari India, Jamus (Jamaah Muslimin) dari Cilengsi Bogor, LK (Lembaga Karasulan), Isa Bugis, Syiah, kemudian LDII (Lembaga Dakwah Islamiyah Indonesia) dan masih banyak lagi aliran-aliran yang menyimpang. Di dalam aliran sempalan seperti ini banyak dijumpai pemahaman agama yang menyimpang, karena mereka memahami agama dengan sekehendak para pimpinan atau para pendiri-pendirinya, dengan cara mengambil dalil-dalil yang sesuai dan diartikan sekehendak mereka. Mereka mempelajari ilmu tidak melalui jalur-jalur ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan, bahkan di antara mereka terdapat aliran yang mengharamkan mempelajari ilmu di luar alirannya. Mereka benar-benar memiliki cara atau teknik yang dapat menjaring orang-orang awam, serta dengan rapi dapat pula membungkam para jamaahnya melalui dogma-dogma yang diajarkannya. Telah kita ketahui bersama datangnya zaman penuh dengan fitnah, yaitu bertebarannya aliran-aliran sempalan yang menyesatkan. Oleh karena itu, kami mengajak kepada diri kami dan juga kepada Saudara-Saudara sekalian, tetaplah berpegang teguh dengan keimanan dan prinsip akidah yang lurus, yang mengikuti jejak para ulama yang lurus, sesuai pemahaman generasi salafus saleh yang selalu mengikuti petunjuk sunah Rasulullah saw. dan menetapi kewajiban bertakwa kepada Allah SWT. Lantas, bagaimanakah seharusnya sikap kita sebagai seorang muslim, yang mengaku mengikuti sunah Rasulullah saw.? Allah SWT berfirman yang artinya, "? dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain)." (Al-An'aam: 153). Seorang tokoh tabi'in dan ahli tafsir, Abu al-Hajjaj Mujahid bin Jabar Al-Makki, berkata, "Jalan-jalan yang dimaksud dalam firman Allah tersebut adalah jalan-jalan bidah dan syubhat." Dari Al-Irbadh bin Suriyah r.a. berkata, Rasulullah saw. pernah bersabda, "Saya berpesan kepada kamu sekalian, hendaklah kamu takut kepada Allah dan mendengarkan serta patuh, sekalipun kepada bangsa Habsy, karena sesungguhnya orang yang hidup antara kamu sekalian di kemudian aku, maka akan melihat perselisihan yang banyak; maka dari itu hendaklah kamu sekalian berpegang kepada sunahku dan sunah para khulafah yang menetapi petunjuk yang benar; hendaklah kamu pegang teguh akan dia dan kamu gigitlah dengan geraham-geraham gigi, dan kamu jauhilah akan perkara-perkara yang baru diada-adakan, karena sesungguhnya semua perkara yang baru diadakan itu bidah, dan semua bidah itu sesat." (HR Ahmad). Allah SWT berfirman, "Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalilah ia kepada Allah (Alquran) dan Rasul (sunahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian." (An-Nisaa': 59). Dari Abdullah bin Mas'ud bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Tidak ada seorang nabi pun yang diutus Allah kepada suatu umat sebelumku, melainkan dari umatnya itu terdapat orang-orang yang menjadi pengikut dan sahabatnya, yang mengamalkan sunahnya dan menaati perintahnya. (Dalam riwayat lain dikatakan, "Mereka mengikuti petunjuknya dan menjalankan sunahnya.") "Kemudian setelah terjadi kebusukan, di mana mereka mengatakan sesuatu yang tidak mereka kerjakan dan mengerjakan sesuatu yang tidak diperintahkan. Maka orang-orang yang memerangi mereka dengan lidahnya, niscaya dia termasuk orang-orang yang beriman. Demikian juga dengan orang yang memerangi mereka dengan hatinya, niscaya dia termasuk orang yang beriman. Selain itu, maka tidak ada keimanan sebesar biji sawi pun." (HR Imam Muslim). Nabi saw. bersabda, "Apabila kamu melihat orang-orang yang ragu dalam agamanya dan ahli bidah sesudah aku (Rasulullah saw.) tiada, maka tunjukkanlah sikap menjauh (bebas) dari mereka. Perbanyaklah lontaran cerca dan tentang mereka dan kasusnya. Dustakanlah mereka agar mereka tidak makin merusak (citra) Islam. Waspadai pula orang-orang yang dikhawatirkan meniru-niru bidah mereka. Dengan demikian, Allah akan mencatat bagimu pahala dan akan meningkatkan derajat kamu di akhirat." (HR Ath-Thahawi). Kita telah diajarkan untuk tidak berlemah-lembut kepada kelompok aliran yang menyimpang dan menyesatkan, dan jika ingin mencari keutamaan, salah satunya adalah berdakwah dengan menjelaskan penyimpangan ajaran orang-orang yang telah membuat keyakinan baru agar orang-orang mengetahuinya. Sesungguhnya setiap muslim harus memprioritaskan husnudhan (prasangka baik) kepada sesama muslim, dan juga di dalam menyifati orang lain harus adil. Akan tetapi, tidaklah semua keadaan disikapi demikian, ada keadaan perkecualian, sebagaimana dicontohkan seperti kisah sebagai berikut. "Dikatakan kepada Nabi saw: "Ya Rasulullah, sesungguhnya fulanah menegakkan salat lail, berpuasa di siang harinya, beramal dan bersedekah (tetapi) ia menyakiti tetangganya dengan lisannya." Bersabda Rasulullah saw., "Tidak ada kebaikan padanya, dia termasuk ahli neraka." Berkata (perawi), "Sedangkan fulanah (yang lain) melakukan salat maktubah dan bersedekah dengan benaja kecil (tetapi) dia tidak menyakiti seseorang pun." Maka bersabda Rasulullah saw., "Dia termasuk ahli surga." (Silsilah Hadits as-Shahihah, no. 190). Dalam hal ini, kata-kata Nabi "Tidak ada kebaikan padanya, dia termasuk ahli neraka" (padahal orang yang dikatakannya adalah orang yang rajin mengerjakan syariat) adalah kata-kata yang berupa lontaran cerca. Kemudian terhadap perbuatan orang yang kedua, Nabi saw. hanya menyebut kebaikannya tanpa menyinggung kejelekannya. Allah SWT juga mengisahkan Abu Lahab dan istrinya dengan lima ayat dalam Alquran yang isinya kejelekan semuanya, padahal keduanya (sedikit atau banyak) juga mempunyai kebaikan, bahkan Abu Lahab termasuk tokoh yang dihormati dan disegani di kalangan kaum Quraisy. Maka dalam membicarakan kebaikan dan keburukan orang atau golongan, ada perkecualiannya. Adapun perkecualian itu secara garis besar dapat dikategorikan menjadi dua keadaan. DALAM RANGKA NASIHAT DAN PERINGATAN UMAT Pada keadaan ini, ketika menyebutkan keburukan seseorang/golongan, tidak ada keharusan untuk menyebutkan kebaikannya. Bahkan, yang demikian itu cukup menyebutkan keburukannya saja, misalnya membicarakan ahli bidah. Misalnya Ahmadiyah, LDII, dan yang sejenisnya, aliran yang banyak sekali penyimpangannya, di antaranya mengada-adakan syariat dengan mengharuskan setiap orang harus berbaiat kepada imam jamaahnya, jika tidak, maka mereka menganggap kafir. Jadi, kita (dan Anda seluruhnya) yang tidak ikut jamaah mereka dianggap kafir. Kita berlindung kepada Allah dari tuduhan mereka, semoga mereka kembali dalam pemahaman yang benar. DALAM RANGKA MENJELASKAN ATAU MENGISAHKAN SESUATU Dalam keadaan ini, menyebutkan kebaikan dan keburukan orang atau golongan tertentu secara bersamaan diperbolehkan, selama tidak menimbulkan madarat, misalnya saja menyebutkan sifat seorang perawi hadis. Adapun mengenai perincian ghibah (membicarakan kejelekan orang lain) yang diperbolehkan, Imam Nawawi dalam kitab dan juz yang sama hlm. 142-143 mengatakan, "Akan tetapi ghibah itu diperbolehkan karena enam sebab." Di antaranya, dua telah disebutkan di atas. Allah SWT telah berfirman bahwa Dia-lah yang menjaga Alquran (agama ini) sampai waktu yang dikehendaki-Nya. Allah menjaganya melalui hamba-hamba yang beriman yang teguh di dalam mengikuti jejak dan ajaran Rasulullah saw. Rasulullah saw telah menjamin akan adanya segolongan umat yang tetap atas kebenaran hingga hari kiamat. Rasulullah saw. telah bersabda, "Akan ada segolongan dari umatku yang tetap atas kebenaran sampai hari kiamat dan mereka tetap atas kebenaran itu." (HR Imam Bukhari). "Akan tetapi ada dari kalangan umatku sekelompok orang yang terus-menerus menjelaskan dan menyampaikan kebenaran, sehingga orang yang ingin menghinakan tidak akan mendatangkan mudarat bagi mereka sampai datang putusan Allah (hari Kiamat)." (HR Imam Muslim). Umat tersebut adalah umat yang telah disebut di atas, golongan yang masih mengikuti sunah-sunah Rasulullah saw. Itulah umat yang akan selamat, yaitu golongan Ahli Sunnah wal-Jamaah. Semoga kita termasuk ke dalamnya, amin. Kepada Saudara-Saudara sekalian, termasuk siapa saja yang masih merasa bingung dan ragu karena telah mengikuti pengajian suatu aliran, hendaknya janganlah langsung menerima dan meyakini doktrin-doktrin dari aliran sempalan yang pemahamannya bersimpangan jauh dengan para ulama yang lurus. Hati-hatilah dalam mengambil pemahaman ilmu-ilmu keagamaan. Jangan sampai membawa ember untuk menimba air di selokan yang keruh dan kotor. Lebih amannya, untuk mencari kebenaran atau menjaga akidah yang lurus itu, hendaklah kita selalu berdoa dengan ikhlas mencari kebenaran yang sejati. Allah Maha memberi petunjuk kepada hambanya. Tiada seorang pun yang dapat menyesatkannya siapa yang Allah tunjuki jalan yang lurus. Tiada pula yang dapat menunjukkan jalan yang lurus, siapa yang Allah sesatkan jalannya. Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan petunjuk dan semoga kita termasuk orang yang ditunjukkan dan menempuh jalan yang lurus dengan taufik dan hidayah-Nya, amin. Di dalam rubrik ?ALIRAN PEMIKIRAN" di situs .www.alislam.or.id terdapat kajian-kajian yang berisi tentang FIRQAH atau ALIRAN-ALIRAN SEMPALAN dan paham-paham lainnya yang pada umumnya membahayakan kemurnian ajaran dan nilai-nilai Islam. Siapa saja yang mengkajinya, semoga mendapat kepahaman dan tidak tertipu dengan berbagai macam aliran yang muncul sekarang ini. Selamat mengkaji, semoga bermanfaat bagi Saudara!
15 Petunjuk Menguatkan Iman
Tak seorangpun bisa menjamin dirinya akan tetap terus berada dalam keimanan sehingga meninggal dalam keadaan khusnul khatimah. Untuk itu kita perlu merawat bahkan senantiasa berusaha menguatkan keimanan kita. Tulisan ini insya'allah membantu kita dalam usaha mulia itu. Tsabat (kekuatan keteguhan iman) adalah tuntutan asasi setiap muslim. Karena itu tema ini penting dibahas. Ada beberapa alasan mengapa tema ini begitu sangat perlu mendapat perhatian serius. Pertama, pada zaman ini kaum muslimin hidup di tengah berbagai macam fitnah, syahwat dan syubhat dan hal-hal itu sangat berpotensi menggerogoti iman. Maka kekuatan iman merupakan kebutuhan muthlak, bahkan lebih dibutuhkan dibanding pada masa generasi sahabat, karena kerusakan manusia di segala bidang telah menjadi fenomena umum. Kedua, banyak terjadi pemurtadan dan konversi (perpindahan) agama. Jika pada awal kemerdekaan jumlah umat Islam di Indonesia mencapai 90 % maka saat ini jumlah itu telah berkurang hampir 5%. Ini tentu menimbulkan kekhawatiran mendalam. Untuk menga-tasinya diperlukan jalan keluar, sehingga setiap muslim tetap memiliki kekuatan iman. Ketiga, pembahasan masalah tsabat berkait erat dengan masalah hati. Padahal Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: "Dinamakan hati karena ia (selalu) berbolak-balik. Perumpamaan hati itu bagaikan bulu yang ada di pucuk pohon yang diombang-ambingkan oleh angin." (HR. Ahmad, Shahihul Jami' no. 2361) Maka, mengukuhkan hati yang senantiasa berbolak-balik itu dibutuhkan usaha keras, agar hati tetap teguh dalam keimanan. Dan sungguh Allah Maha Rahman dan Rahim kepada hambaNya. Melalui Al Qur'an dan Sunnah RasulNya Ia memberikan petunjuk bagaimana cara mencapai tsabat. Berikut ini penjelasan 15 petunjuk berdasarkan Al Qur'an dan Sunnah untuk memelihara kekuatan dan keteguhan iman kita.
1. Akrab dengan Al Qur'an Al Qur'an merupakan petunjuk utama mencapai tsabat. Al Qur'an adalah tali penghubung yang amat kokoh antara hamba dengan Rabbnya. Siapa akrab dan berpegang-teguh dengan Al Qur'an niscaya Allah memeliharanya; siapa mengikuti Al Qur'an, niscaya Allah menyela-matkannya; dan siapa yang mendakwahkan Al Qur'an, niscaya Allah menunjukinya ke jalan yang lurus. Dalam hal ini Allah berfirman: "Orang-orang kafir berkata, mengapa Al Qur'an itu tidak diturunkan kepada-nya sekali turun saja? Demikianlah supaya Kami teguhkan hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar)." (Al Furqan: 32-33) Beberapa alasan mengapa Al Qur'an dijadikan sebagai sumber utama mencapai tsabat adalah: Pertama, Al Qur'an menanamkan keimanan dan mensucikan jiwa seseorang, karena melalui Al Qur'an, hubungan kepada Allah menjadi sangat dekat. Kedua, ayat-ayat Al Qur'an diturunkan sebagai penentram hati, menjadi penyejuk dan penyelamat hati orang beriman sekaligus benteng dari hempasan berbagai badai fitnah. Ketiga, Al Qur'an menunjukkan konsepsi serta nilai-nilai yang dijamin kebenarannya. Karena itu, seorang mukmin akan menjadikan Al Qur'an sebagai ukuran kebenaran. Keempat, Al Qur'an menjawab berbagai tuduhan orang-orang kafir, munafik dan musuh Islam lainnya. Seperti ketika orang-orang musyrik berkata, Muhammad ditinggalkan Rabbnya, maka turunlah ayat: "Rabbmu tidaklah meninggalkan kamu dan tidak (pula) benci kepadamu." (Adl Dluha: 3) (Syarh Nawawi,12/156). Orang yang akrab dengan Al Qur'an akan menyandarkan semua perihalnya kepada Al Qur'an dan tidak kepada perkataan manusia. Maka, betapa agung sekiranya penuntut ilmu dalam segala disiplinnya- menjadikan Al Qur'an berikut tafsirnya sebagai obyek utama kegiatannya menuntut ilmu.
2.Iltizam (komitmen) terhadap syari'at Allah Allah berfirman: "Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akherat. Dan Allah menyesatkan orang-orang yang zhalim. Dan Allah berbuat apa saja yang Ia kehendaki." (Ibrahim: 27) Di ayat lain Allah menjelaskan jalan mencapai tsabat yang dimaksud. "Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih meneguhkan (hati mereka di atas kebenaran)." (An Nisa': 66) Karena itu, menjelaskan surat Ibrahim di atas Qatadah berkata:-"Adapun dalam kehidupan di dunia, Allah meneguhkan orang-orang beriman dengan kebaikan dan amal shalih sedang yang dimaksud dengan kehidupan akherat adalah alam kubur." (Ibnu Katsir: IV/421) Maka jelas sekali, sangat mustahil orang-orang yang malas berbuat kebaikan dan amal shaleh diharapkan memiliki keteguhan iman. Karena itu, Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam senantiasa melakukan amal shaleh secara kontinyu, sekalipun amalan itu sedikit, demikian pula halnya dengan para sahabat. Komitmen untuk senan-tiasa menjalankan syariat Islam akan membentuk kepribadian yang tangguh, dan iman pun menjadi teguh.
3. Mempelajari Kisah Para Nabi Mempelajari kisah dan sejarah itu penting. Apatah lagi sejarah para Nabi. Ia bahkan bisa menguatkan iman seseorang. Secara khusus Allah me-nyinggung masalah ini dalam firman-Nya: "Dan Kami ceritakan kepadamu kisah-kisah para rasul agar dengannya Kami teguhkan hatimu dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran , pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman." (Hud: 120) Sebagai contoh, marilah kita renungkan kisah Ibrahim Alaihis Salam yang diberitakan dalam Al Qur'an: "Mereka berkata, bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak. Kami berfirman, hai api menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim. Mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim maka Kami jadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi." (Al Anbiya': 68-70) Bukankah hati kita akan bergetar saat merenungi kronologi pembakaran nabi Ibrahim sehingga ia selamat atas izin Allah? Dan bukankah dengan demikian akan membuahkan keteguh-an iman kita? Lalu, kisah nabi Musa Alaihis Salam yang tegar menghadapi kezhaliman Fir'aun demi menegakkan agama Allah. Bukankah kisah itu mengingatkan kekerdilan jiwa kita dibanding dengan nabi Musa? Tak sedikit umat Islam sudah merasa tak punya jalan karena kondisi ekonomi yang kurang menguntungkan misalnya, sehingga mau saja saat diajak kolusi dan berbagai praktek syubhat lain oleh koleganya. Lalu mereka mencari-cari alasan mengabsahkan tindakannya yang keliru. Dan bukankah karena takut gertakan penguasa yang tiranik lalu banyak di antara umat Islam (termasuk ulamanya) yang menjadi tuli, buta dan bisu sehingga tidak melakukan amar ma'ruf nahi mungkar? Bahkan sebalik-nya malah bergabung dan bersekongkol serta melegitimasi status quo (mengang-gap yang ada sudah baik dan tak perlu diubah). Bukankah dengan mempelajari kisah-kisah Nabi yang penuh dengan perjuangan menegakkan dan meneguh-kan iman itu kita menjadi malu kepada diri sendiri dan kepada Allah? Kita mengharap Surga tetapi banyak hal dari perilaku kita yang menjauhinya. Mudah-mudahan Allah menunjuki kita ke jalan yang diridhaiNya.
4. Berdo'a Di antara sifat hamba-hamba Allah yang beriman adalah mereka memohon kepada Allah agar diberi keteguhan iman, seperti do'a yang tertulis dalam firmanNya: " Ya Rabb, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan setelah Engkau beri petunjuk kepada kami." (Ali Imran: 8) "Ya Rabb kami, berilah kesabaran atas diri kami dan teguhkanlah pendirian kami serta tolonglah kami dari orang-orang kafir." (Al Baqarah: 250) Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya seluruh hati Bani Adam terdapat di antara dua jari dari jemari Ar Rahman (Allah), bagaikan satu hati yang dapat Dia palingkan ke mana saja Dia kehendaki." (HR. Muslim dan Ahmad). Agar hati tetap teguh maka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam banyak memanjatkan do'a berikut ini terutama pada waktu duduk takhiyat akhir dalam shalat. "Wahai (Allah) yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku pada din-Mu." (HR. Turmudzi) Banyak lagi do'a-do'a lain tuntunan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam agar kita mendapat keteguhan iman. Mudah-mudahan kita senantiasa tergerak hati untuk berdo'a utamanya agar iman kita diteguhkan saat menghadapi berbagai ujian kehidupan.
5. Dzikir kepada Allah Dzikir kepada Allah merupakan amalan yang paling ampuh untuk mencapai tsabat. Karena pentingnya amalan dzikir maka Allah memadukan antara dzikir dan jihad, sebagaimana tersebut dalam firmanNya: "Hai orang-orang yang beriman, bila kamu memerangi pasukan (musuh) maka berteguh-hatilah kamu dan dzikirlah kepada Allah sebanyak-banyaknya." (Al Anfal: 45). Dalam ayat tersebut, Allah menjadikan dzikrullah sebagai amalan yang amat baik untuk mencapai tsabat dalam jihad. Ingatlah Yusuf Alaihis Salam! Dengan apa ia memohon bantuan untuk mencapai tsabat ketika menghadapi fitnah rayuan seorang wanita cantik dan berkedudukan tinggi? Bukankah dia berlindung dengan kalimat ma'adzallah (aku berlindung kepada Allah), lantas gejolak syahwatnya reda? Demikianlah pengaruh dzikrullah dalam memberikan keteguhan iman kepada orang-orang yang beriman. (Bersambung...)
6. Menempuh Jalan Lurus Allah berfirman: Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia dan jangan mengikuti jalan-jalan (lain) sehingga menceraiberaikan kamu dari jalanNya." (Al An'am: 153). Dan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mensinyalir bahwa umatnya bakal terpecah-belah menjadi 73 golongan, semuanya masuk Neraka kecuali hanya satu golongan yang selamat (HR. Ahmad, hasan). Dari sini kita mengetahui, tidak setiap orang yang mengaku muslim mesti berada di jalan yang benar. Rentang waktu 14 abad dari datangnya Islam cukup banyak membuat terkotak-kotaknya pemahaman keagamaan. Lalu, jalan manakah yang selamat dan benar itu? Dan, pemahaman siapakah yang mesti kita ikuti dalam praktek keberaga-maan kita? Berdasarkan banyak keterangan ayat dan hadits , jalan yang benar dan selamat itu adalah jalan Allah dan RasulNya. Sedangkan pemahaman agama yang autentik kebenarannya adalah pemahaman berdasarkan keterangan Rasul Shallallahu Alaihi wa Sallam kepada para sahabatnya. (HR. Turmudzi, hasan). Itulah yang mesti kita ikuti, tidak penafsiran-penafsiran agama berdasarkan akal manusia yang tingkat kedalaman dan kecerdasannya maje-muk dan terbatas. Tradisi pemahaman itu selanjutnya dirawat oleh para tabi'in dan para imam shalihin. Paham keagamaan inilah yang dalam termino-logi (istilah) Islam selanjutnya dikenal dengan paham Ahlus Sunnah wal Jamaah. Atau sebagian menyebutnya dengan pemahaman para salafus shalih. Orang yang telah mengikuti paham Ahlus Sunnah wal Jamaah akan tegar dalam menghadapi berbagai keanekaragaman paham, sebab mereka telah yakin akan kebenaran yang diikutinya. Berbeda dengan orang yang berada di luar Ahlus Sunnah wal Jamaah, mereka akan senantiasa bingung dan ragu. Berpindah dari suatu lingkungan sesat ke lingkungan bid'ah, dari filsafat ke ilmu kalam, dari mu'tazilah ke ahli tahrif, dari ahli ta'wil ke murji'ah, dari thariqat yang satu ke thariqat yang lain dan seterusnya. Di sinilah pentingnya kita berpegang teguh dengan manhaj (jalan) yang benar sehingga iman kita akan tetap kuat dalam situasi apapun.
7. Menjalani Tarbiyah Tarbiyah (pendidikan) yang semestinya dilalui oleh setiap muslim cukup banyak. Paling tidak ada empat macam. Tarbiyah Imaniyah, yaitu pendidikan untuk menghidupkan hati agar memiliki rasa khauf (takut), raja' (pengharapan) dan mahabbah (kecintaan) kepada Allah serta untuk menghi-langkan kekeringan hati yang disebab-kan oleh jauhnya dari Al Qur'an dan Sunnah. Tarbiyah Ilmiyah, yaitu pendidikan keilmuan berdasarkan dalil yang benar dan menghindari taqlid buta yang tercela. Tarbiyah Wa'iyah, yaitu pendidi-kan untuk mempelajari siasat orang-orang jahat, langkah dan strategi musuh Islam serta fakta dari berbagai peristiwa yang terjadi berdasarkan ilmu dan pemahaman yang benar. Tarbiyah Mutadarrijah, yaitu pendidikan bertahap, yang membimbing seorang muslim setingkat demi setingkat menuju kesempurnaannya, dengan program dan perencanaan yang matang. Bukan tarbiyah yang dilakukan dengan terburu-buru dan asal jalan. Itulah beberapa tarbiyah yang diberikan Rasul kepada para sahabatnya. Berbagai tarbiyah itu menjadikan para sahabat memiliki iman baja, bahkan membentuk mereka menjadi generasi terbaik sepanjang masa.
8. Meyakini Jalan yang Ditempuh Tak dipungkiri bahwa seorang muslim yang bertambah keyakinannya terhadap jalan yang ditempuh yaitu Ahlus Sunnah wal Jamaah maka ber-tambah pula tsabat (keteguhan iman) nya. Adapun di antara usaha yang dapat kita lakukan untuk mencapai keyakinan kokoh terhadap jalan hidup yang kita tempuh adalah: Pertama, kita harus yakin bahwa jalan lurus yang kita tempuh itu adalah jalan para nabi, shiddiqien, ulama, syuhada dan orang-orang shalih. Kedua, kita harus merasa sebagai orang-orang terpilih karena kebenaran yang kita pegang, sebagai-mana firman Allah: "Segala puji bagi Allah dan kesejahteraan atas hamba-hambaNya yang Ia pilih." (QS. 27: 59). Bagaimana perasaan kita seandainya Allah menciptakan kita sebagai benda mati, binatang, orang kafir, penyeru bid'ah, orang fasik, orang Islam yang tidak mau berdakwah atau da'i yang sesat? Mudah-mudahan kita berada dalam keyakinan yang benar yakni sebagai Ahlus Sunnah wal Jamaah yang sesungguhnya.
9. Berdakwah Jika tidak digerakkan, jiwa seseorang tentu akan rusak. Untuk menggerakkan jiwa maka perlu dicari-kan medan yang tepat. Di antara medan pergerakan yang paling agung adalah berdakwah. Dan berdakwah merupakan tugas para rasul untuk membebaskan manusia dari adzab Allah. Maka tidak benar jika dikatakan, fulan itu tidak ada perubahan. Jiwa manusia, bila tidak disibukkan oleh ketaatan maka dapat dipastikan akan disibukkan oleh kemaksiatan. Sebab, iman itu bisa bertambah dan berkurang. Jika seorang da'i menghadapi berbagai tantangan dari ahlul bathil dalam perjalanan dakwahnya, tetapi ia tetap terus berdakwah maka Allah akan semakin menambah dan mengokohkan keimanannya.
10. Dekat dengan Ulama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: "Di antara manusia ada orang-orang yang menjadi kunci kebaikan dan penutup kejahatan." (HR. Ibnu Majah, no. 237, hasan). Senantiasa bergaul dengan ulama akan semakin menguatkan iman seseorang. Tercatat dalam sejarah bahwa berbagai fitnah telah terjadi dan menimpa kaum muslimin, lalu Allah meneguhkan iman kaum muslimin melalui ulama. Di antaranya seperti diutarakan Ali bin Al Madini Rahima-hullah: "Di hari riddah (pemurtadan) Allah telah memuliakan din ini dengan Abu Bakar dan di hari mihnah (ujian) dengan Imam Ahmad." Bila mengalami kegundahan dan problem yang dahsyat Ibnul Qayyim mendatangi Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah untuk mendengarkan berbagai nasehatnya. Serta-merta kegundahannya pun hilang berganti dengan kelapangan dan keteguhan iman ( Al Wabilush Shaib, hal. 97).
11. Meyakini Pertolongan Allah Mungkin pernah terjadi, seseorang tertimpa musibah dan meminta pertolongan Allah, tetapi pertolongan yang ditunggu-tunggu itu tidak kunjung datang, bahkan yang dialaminya hanya bencana dan ujian. Dalam keadaan seperti ini manusia banyak membutuh-kan tsabat agar tidak berputus asa. Allah berfirman: "Dan berapa banyak nabi yang berperang yang diikuti oleh sejumlah besar pengikutnya yang bertaqwa, mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, tidak lesu dan tidak pula menyerah (kepada musuh). Dan Allah menyukai orang-orang yang sabar. Tidak ada do'a mereka selain ucapan, Ya Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebihan dalam urusan kami. Tetapkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir. Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akherat. " (Ali Imran: 146-148)
12. Mengetahui Hakekat Kebatilan Allah berfirman: "Janganlah sekali-kali kamu terpedaya oleh kebebasan orang-orang kafir yang bergerak dalam negeri ." (Ali Imran: 196). "Dan demikianlah Kami terang-kan ayat-ayat Al Qur'an (supaya jelas jalan orang-orang shaleh) dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang berbuat jahat (musuh-musuh Islam)." (Al An'am: 55). "Dan Katakanlah, yang benar telah datang dan yang batil telah sirna, sesungguhnya yang batil itu pastilah lenyap." (Al Isra': 81). Berbagai keterangan ayat di atas sungguh menentramkan hati setiap orang beriman. Mengetahui bahwa kebatilan akan sirna dan kebenaran akan menang akan mengukuhkan seseorang untuk tetap teguh berada dalam keiman-annya.
13. Memiliki Akhlak Pendukung Tsabat. Akhlak pendukung tsabat yang utama adalah sabar. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam: "Tidak ada suatu pemberian yang diberikan kepada seseorang yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabar-an." (HR. Al Bukhari dan Muslim). Tanpa kesabaran iman yang kita miliki akan mudah terombang-ambingkan oleh berbagai musibah dan ujian. Karena itu, sabar termasuk senjata utama mencapai tsabat.
14. Nasehat Orang Shalih Nasehat para shalihin sungguh amat penting artinya bagi keteguhan iman. Karena itu, dalam segala tindakan yang akan kita lakukan hendaklah kita sering-sering meminta nasehat mereka. Kita perlu meminta nasehat orang-orang shalih saat mengalami berbagai ujian, saat diberi jabatan, saat mendapat rezki yang banyak dan lain-lain. Bahkan seorang sekaliber Imam Ahmad pun, beliau masih perlu mendapat nasehat saat menghadapi ujian berat oleh intimidasi penguasa yang tiranik. Bagaimana pula halnya dengan kita? 15. Merenungi Nikmatnya Surga Surga adalah tempat yang penuh dengan kenikmatan, kegembiraan dan suka-cita. Ke sanalah tujuan pengemba-raan kaum muslimin. Orang yang meyakini adanya pahala dan Surga niscaya akan mudah menghadapi berbagai kesulitan. Mudah pula baginya untuk tetap tsabat dalam keteguhan dan kekuatan imannya. Dalam meneguhkan iman para sahabat, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sering mengingatkan mereka dengan kenikmatan Surga. Ketika melewati Yasir, istri dan anaknya Ammar yang sedang disiksa oleh kaum musyrikin beliau mengatakan: "Bersa-barlah wahai keluarga Yasir, tempat kalian nanti adalah Surga (HR. Al Hakim/III/383, hasan shahih). Mudah-mudahan kita bisa merawat dan terus-menerus meneguh-kan keimanan kita sehingga Allah menjadikan kita khusnul khatimah. Amin. Sumber : Buletin OnLine Edisi Desember Pekan II 1999/Sya'ban 1420 H
Subscribe to:
Posts (Atom)