“I think, therefore I exist”

Sunday, November 16, 2008

Mukamu Tercoreng Lagi (1)

- Pagi buta Itu...
Tidak biasanya Aku pergi di pagi buta. Apalagi waktu itu Aku mengendarai sepeda motor. Entah kenapa kawanku mempercayaiku sebagia driver. Padahal Aku orang baru di jalanan liar itu dan juga Aku ga punya SIM. Tubuh ini seakan – akan mengiyakan untuk pergi, Entah kenapa, Aku juga bingung. Akhirnya Akupun pergi mengantarkan kawanku ke persimpangan Bus. Bandunglah yang dituju katanya.
Jalanan yang sedikit kendaraan membuat adrenalinku menyala. Tak ayal lampu gear 4 pun terlihat jelas di depan mataku. Semakin lama semaki cepat. Dan ternyata................aku sampai tujuan.

- Kejadian Luar Biasa
Adrenalinku semakin meredup tatkala Aku sampai tujuan, lalu kawanku mengajak ngobrol tak karuan. Ga tau tema besarnya apa, karena bukan itu yang diharapkan. Toh hanya untuk menunngu Bus ini. Sampai akhirnya kulihat kendaraan besar warna biru tertulis di kaca depan Tasikmlaya – Bandung. Busa mulutpun berhenti sejenak. Aku bersiap lagi jadi pembalap amatiran.
Tak disangka Polantas sudah stand by didepan hidungku. Jantugku bertalu –talu keras tak biasanya. Oh iya....Aku tak bawa STNK apalagi SIM karena Aku belum punya. Mungkin itulah reaksi psikologis dari orang yang punya salahmeskipun belu divonis secara langsung salah. Aku teringat Training Advokasi dari seorang pengacara, yang kurang lebih isinya seperti ini : “Kalo seseorang bisa dikatakan salah ketika ia sudah divonis salah oleh seorang hakim di pengadilan, jadi kalo belum divonis masih dikatakan benar”. Akupun tak ragu menghidupkan motor lagi.
Akupun jalan tampa hambatan melewati Polantas itu. Ternyata nasib malang masih berpihak kepadaku, dipertigaan selanjutnya Polantas ada lagi. Tak kuduga motorku mati mesinnya sehingga menghalangi mobil orang lain. Polantaspun menyuruhku kepinggir.

- Mukamu Tercoreng Lagi
Polantas itu mulai melaksanakan aksinya : “maĆ”f Pak, bapak mau kemana ? bisa lihat STNK-nya Pak”. Akupun terdiam sejenak, entah kenapa Aku seperti ini, padahal ini bukan kali pertamaku bertemu dengan polisi, hampir tiap aksi Aku bertemu dengan Polisi, bahkan secara kuantitas jauhlebih besar. Tak da kata gentar dalam hatiku, mungkinkah karena dalam aksi Aku memperjuangkan kebenaran?dan juga mengingatkan pemimpin yang “dzalim”. Mungkin sebaliknya kali ini Aku di posisi yang salah, seperti adanya kereaguan ketika berangkat. Lalu di interogasi yang kutempuh waktu itu. Sampai Aku diberi surat warna merah bukti pelanggaran. Dan kuakui ini murni kesalahanku.
Namu sebelum pulang ada pesan yang kurang enak didengarnya, Kalo mo “beres cepet” juga bisa Pak? Akupun dengan idealis menjawab biarkan hak ini kusumbangkan sepenuhnya buat negara. Hati nuranipun berkata engkau mencoreng mukamu sendiri, bahkan tidak hanya individu yang kau corengtapi institusi yang seharusnya mengayomi masyarakat. Bahkan jangan heran ketika bangsa ini sepertinya nyaman dengan keterpurukannya. Akankah ini jadi sebuyah tradisi?

- Akupun teringat
Setiap kejadian pasti mengandung hikmah, itu yang Aku ingat dari seorang ustad. Kalo direnungi hikmah itu yaitu :
1. Setiap aktivitas hendaknya disandarkan pada Sang Mah Penjaga( Tuhanmu)-bagi yang muslim ALLOH SWT, Yesus Bagi umat kristiani dll.pen-
2. Rambu-rambu bukan untu “pajangan” tapi untuk dipatuhi
3. Janganlah ugal-ugalan di jalan raya
4. Kalo belum punya SIM, bikin donk.....!!!

TAMAT

No comments: